Thursday, June 10, 2010

SOE HOK-GIE

Pelacuran Intelektual
Oleh SOE HOK-GIE
Diterbitkan di Sinar Harapan, 21 April 1969

Ketika Rektor UI, Prof.Dr.Sumantri Brodjonegoro diangkat menjadi Mentri Pertambangan,
saya datang padanya. Saya tanyakan mengapa ia mau diangkat menjadi mentri dan bekerja dengan bajingan-bajingan minyak,calo-calo modal asing dan pejabat-pejabat yang korup dan sloganistis. Rektor menjawab bahwa hal-hal tadi jyga disadarinya.
"Tetapi kita punya dua pilihan jika kita melihat keburukan-keburukan yang terjadi di kalangan pemerintahan.
terjun ke dalam berusaha (dan belum tentu berhasil) memperbaikinya atau tinggal diluar sambil menantikan
aparat tadi ambruk. saya memilih yang pertama dengan segala konsekuensinya"
Jawaban-jawaban yang sama saya dapatkan ketika saya bertanya dengan teman-teman saya yang juga bergabung dengan Pemerintahan dan menduduki pos-pos tertinggi di dalam negara sekarang. saya tahu bahwa beberapa di antara mereka melakukan kompromi-kompromi
memberikan "izin-izin istimewa" dan kadang-kadang tidak bertindak (belum bertindak?) penyelewengan-penyelewengan yang terjadi di sekitarnya.
tetapi walaupun demikian saya tetap menaruh hormat pada mereka. karena mereka bekerja dalam suatu situasi yang sulit dan berusaha untuk mencapai hasil-hasil yang maksimal.

DUA SISTEM MORAL
Memberikan penilaian terhdap sikap seseorang bukanlah soal ygn sederhana. karena dunia bukanlah hitam dan putih. setiap tindakan mempunyai motif-motif yang bersumber pada pandangan hidup seseorang. di dalam masyarakat, kita melihat ada dua sistem penilaian yang secara teoretis berbeda seratus delapan puluh derajat.
Pertama : adalah merka yang mempergunakan sistem nilai-nilai absolut. Untuk orang-orang ini penilaian dari sitiap tindakan didasarkan atas pertanyaan --"Apakah ini benar atau salah?" jika salah maka kita tidak boleh melakukannya. Korupsi salah dan karena itu harus ditumpas di mana saja. membunuh orang tanpa proses, SALAH, karena itu harus digugat.
Kedua : adalah mereka mempergunakan sistem nilai-nilai relatif. Mereka sadar akan salah dan benar secara teoretis, tetapi mereka mempergunakan pertimbangan-pertimbangan realistis. Merka lebih mementingkan kemungkinan-kemungkinan yang lebih berguna di masa depan, jika mereka bertindak sesuatu pada saat sekarang. mereka bersedia melakukan kompromi-kompromi, karena mereka tahu bahwa hasil-hasil yang mungkin dicapai lebih besar di masa depan.


sumber :
Buku Pesta dan CInta di alam bangsanya

No comments:

Post a Comment